oleh

Erwin Rommel, Jenderal Terhebat Jerman yang Berakhir Sedih karena Ingin Jatuhkan Hitler

Erwin Rommel

Jakarta – Erwin Rommel merupakan salah satu jenderal terhebat Jerman yang dianugerahi pangkat tertinggi Pour le Merite. Pemilik nama lengkap lengkap Erwin Johannes Eugen Rommel itu dikenal atas kiprahnya yang gemilang di militer.

Rommel mendapat pengakuan sebagai jenderal terhebat saat memimpin pasukan Jerman dan Italia di front Afrika Utara. Dia juga mengomandoi Divisi Panzler ke-7 dalam invasi Jerman ke Prancis pada Perang Dunia II. Media setempat menjulukinya sebagai Der Wuestenfuchs atau Sang Rubah Gurun.

Jika melihat latar belakangnya, Rommel bukan berasal dari kalangan kelas atas. Dia lahir di Heidenheim, Wurttemberg, pada 15 November 1891. Darah militer memang sudah mengalir pada dirinya sejak kecil.

Dalam buku ‘Knight’s Cross: A Life of Field Marshall Erwin Rommel’ karya sejarawan David Fraser, ayah Rommel merupakan perwira rendahan berpangkat letnan di unit artileri Wurttemberg, bagian dari Kekaisaran Jerman. Sementara ibunya merupakan birokrat. Kakek Rommel, Karl von Luz, seorang petinggi Parlemen Wurttemberg.

Sebenarnya Rommel lebih tertarik menekuni bidang teknik. Namun, pada saat itu karier sebagai perwira militer sedang populer, terutama di kalangan kelas menengah Jerman Selatan. Ayahnya kemudian menyuruh Rommel bergabung menjadi kadet dalam Resimen Infanteri ke-124 Wurttemberg pada 1910.

Rommel kemudian bergabung dalam pasukan elite Alpen Korps saat Perang Dunia I yakni pada 1914. Dia terlibat dalam banyak pertempuran, seperti Pertempuran Lembah Jiu (7-17 November 1916), Oituz II (8-20 Agustus), dan Penaklukan Kota Longarone (9 November 1917). Meskipun terluka berulang kali, Rommel berhasil membawa pulang kemenangan serta berbagai lencana penghargaan.

Pertemuan pertamanya dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler terjadi saat inspeksi Pasukan Batalyon Jaeger ke-3 pada 30 September 1934. Saat itu Rommel merupakan komando pasukan Resimen Infanteri ke-17. Buku taktik infanteri yang bersumber dari catatan harian milik Rommel selama Perang Dunia I mampu membuat Hitler terkesan.

Sayang, di puncak kariernya sebagai perwira, Rommel menghadapi malapetaka. Dia mengalami luka parah akibat serangan pesawat Inggris pada 17 Juli 1944 atau 11 hari setelah pasukan sekutu melancarkan D-Day. Saat itu Rommel dalam perjalanan kembali dari markas.

Di dekat Sainte Foy de Montgommery, mobilnya ditembaki pesawat Inggris hingga terguling hingga membuat Rommel terlempar keluar.

Lalu pada 20 Juli, terjadilah insiden Operasi Valkyrie atau upaya pembunuhan Hitler. Bom diledakkan ketika rapat front barat dan timur di markas rahasia Wolfsschanze atau Sarang Serigala di Rastenburg, Prusia Timur. Namun, rencana pembunuhan tersebut gagal. Hitler tidak lolos dari maut, melainkan hanya mengalami luka ringan.

Siapa pun yang terlibat dalam pengeboman tersebut akan dijatuhi hukuman mati. Siapa sangka, nama Rommel ikut terseret. Rommel pun ditangkap oleh dua jenderal suruhan Hitler. Namun Hitler tidak ingin mengadili Rommel di depan umum karena bisa mengikis semangat juang para prajurit yang sedang melawan sekutu di barat dan Uni Soviet di timur.

Karena itu Rommel diberi dua pilihan, diadili di Volksgerichtshof (pengadilan rakyat) atau bunuh diri. Jika Rommel memilih pengadilan, keluarganya akan sengsara dengan titel pengkhianat Jerman. Namun jika memilih bunuh diri, nama baik keluarganya akan terlindungi.

Putusan Rommel jatuh pada pilihan kedua. Tepat di usianya ke-52 tahun, Rommel bunuh diri dengan menenggak sianida.

Bersama konspirator lainnya, Erwin Rommel menyetujui bahwa Hitler harus dicopot dari kekuasaan. Namun dia tidak menyukai ide untuk membunuh Hitler sehingga berperan tak aktif dalam pembunuhan tersebut.

Source : Inews

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed