oleh

Prajurit Kopassus Ini Tetap Berpuasa di Tengah Medan Perang. Hebat!

Sersan Mayor Durman (dalam lingkaran) merupakan salah satu anggota pasukan Luhut Binsar Pandjaitan (duduk kanan) semasa operasi tempur di Timor Portugis atau Timor Leste pada 1975. (Foto: FB/Luhut Binsar Pandjaitan).

JAKARTA – Namanya Durman. Prajurit Kopassus ini berpangkat sersan mayor ketika terlibat dalam operasi tempur di Timor Portugis (kini Timor Leste) 1975 – 1976.

Serma Durman tak lain Caraka (kurir) perwira Kopassus Luhut Binsar Pandjaitan di Kompi A Denpur-1/Parako. Apa yang hebat dari anggota Korps Baret Merah itu?

Ketaatan Serma Durman menjalankan puasa patut diacungi jempol. Di tengah sengitnya pertempuran pun dia tetap tak meninggalkan ibadah tersebut. Kisah ini dibagikan Luhut, kini Menteri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, di akun Facebook pribadinya beberapa waktu lalu.

Bicara tentang puasa, Luhut teringat Durman. Sepanjang berlangsungnya operasi, sebagai seorang muslim Durman tetap menjalankan ibadah puasa.

“Berpuluh kilogram beratnya ransel di punggung, tidak pernah membatalkan niatnya untuk terus berpuasa,” kata Luhut, dikutip Sabtu (17/4/2021).

Lulusan terbaik Akademi Militer 1970 ini menceritakan, kala itu perlengkapan yang dibawa setiap prajurit cukup berat. Perlengkapan itu antara lain senapan otomatis AK-47, 750 butir peluru kaliber 7,62 mm, 3 magasin lengkung, 2 granat, bekal makan untuk beberapa hari, baju loreng, kaos, sepatu lapangan, dan topi rimba.

Belum lagi setiap regu masih harus membawa senapan mesin RPD, peluncur roket RPG-2 buatan Yugoslavia, 60 peluru roket 90 mm, penyembur api lengkap dengan 5 mortir dan 18 butir peluru.

“Operasi yang kami jalankan adalah operasi yang cukup berat dan banyak merenggut korban. Kami di Kompi A mengawali operasi ini pada tanggal 7 Desember 1975 dengan kekuatan 110 orang prajurit. Tapi pada Maret 1976, jumlahnya bersisa menjadi 80 orang saja,” tutur Luhut.

Pendiri dan komandan pertama Detasemen-81 Antiteror Kopassus ini mengenang, selama lima bulan operasi, Kompi A melakukan pertempuran setiap hari atau dikenal juga dengan istilah fierce battle. Mereka bertempur menghadapi pasukan Fretilin yang mempunyai motivasi tempur tinggi, kemampuan serta disiplin menembak prima, dan menguasai medan dengan sempurna.

Di tengah operasi yang melelahkan tersebut selalu ada waktu untuk istirahat makan. Pasukan Kopassus selalu menyantap bekal makanan kaleng T-1.

Setiap siang, kata Luhut, Durman dengan setia membukakan kaleng makanan dan menyodorkan kepadanya. Kendati demikian, ada kalanya mereka memasak makanan kalau merasa bosan dengan menu ransum tempur tersebut.

Hebatnya, Durman tetap berpuasa dan tidak pernah batal. Penasaran, Luhut pun menanyakan alasan Durman terus berpuasa di tengah kondisi tersebut.

Apa jawabnya?

“Biar lebih dekat dengan Tuhan,” kata Durman, ditirukan Luhut.

Jawaban itu seperti menegaskan betapa fokusnya Durman dengan hablum minallah atau hubungan manusia dengan Tuhannya. Jawaban yang tak akan pernah dilupakan Luhut.

“Tapi bagi saya, Durman juga telah menunjukkan penghormatannya kepada tugas negara dan atasannya dengan tetap bertempur dan menyediakan makanan bagi saya selaku komandannya di Kompi A. Hebat!,” ucapnya, menyanjung.

LBP, panggilan Luhut, menyebut Durman kini tinggal di Banten. Mereka pernah bertemu kembali dalam acara reuni di Cijantung.

“Saya percaya, menghormati sesama manusia adalah juga bagian dari ibadah. Semoga bulan Ramadan ini dapat kita lalui dengan damai,” ujar jenderal purnawirawan kelahiran Simargala, Huta Namora, Silaen, Toba Samosir, Sumatera Utara ini. (Facebook Luhut Binsar Panjaitan)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed