oleh

Satu-satunya Jenderal Indonesia Pimpin Pasukan Perdamaian PBB ; Letjen Rais Abin

Rais Abin (kedua dari kanan) sedang menginspeksi Pasukan Perdamaian PBB. (Repro Mission Accomplished: Catatan Rais Abin).

Jakarta- Indonesia diketahui rutin mengirimkan prajuritnya untuk bergabung dalam pasukan perdamaian PBB di berbagai penjuru dunia. Bahkan ada jenderal dari Indonesia yang dipercaya memimpin ribuan pasukan dari seluruh dunia pada tahun 1979.

Dia yaitu Letjen TNI Rais Abin. Lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat, 15 Agustus 1926, Rais Abin kecil bersekolah di Schakelschool (Sekolah Rakyat, sederajat sekolah dasar) dan lulus pada usia 14 tahun.

Rais Abin kemudian melanjutkan sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau setara dengan Sekolah Menengah Pertama dekat Gunung Singgalang. Meski lulus ujian masuk sekolah, ayahnya tidak punya cukup uang untuk membayar uang sekolah dan malah menyekolahkannya di sekolah menengah pertama pertanian Landbouwschool di Sukabumi.

Rais kemudian naik kapal feri dari Pelabuhan Teluk Bayur menuju Sukabumi bersama sepupunya, Mishar. Selama studinya di sekolah, ayahnya meninggal pada tahun 1942, dan dia tidak memiliki kesempatan untuk menjenguk mendiang ayahnya.

Dia kemudian lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1943 dan ditempatkan sebagai asisten pengawas di perkebunan karet Cikumpay, di Purwakarta, Jawa Barat.

Dalam karier militernya, Rais Abin bergabung dengan Pemuda Sosialis Indonesia. Dia berangkat ke Yogyakarta pada September 1945 setelah direkomendasikan oleh seorang pekerja kereta api bersenjata.

Setelah itu, dia lulus dengan pangkat sersan kader pada tahun 1946 dan diangkat sebagai intel untuk operasi penyelundupan senjata melalui blokade Belanda dan dikirim ke Tegal. Rais kemudian dikirim ke Palembang untuk menemui Adnan Kapau Gani, Gubernur Militer Sumatera Selatan yang menyiapkan logistik untuk operasi intelijennya.

Tak lama kemudian, Rais dipromosikan menjadi letnan dua dan dia dikirim ke Singapura untuk menyelundupkan senjata. Rais ditempatkan di divisi 1, dengan Jenderal Sudirman sebagai komandannya.

Dia juga sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia pada tahun 1952, meskipun dia keluar dua tahun kemudian untuk mengejar karier militer. Dia kemudian kuliah di Sekolah Staf Umum dan Komando Angkatan Darat Indonesia selama dua tahun hingga lulus pada tahun 1956 dengan pangkat Mayor.

Rais Abin kemudian ditempatkan di Kodam Nusa Tenggara sebagai Wakil Kepala Staf dari tahun 1956 sampai 1958. Dia dipindahkan ke Sulawesi Selatan pada tahun 1961 dengan pangkat Letnan Kolonel dan menjadi Kepala Staf Harian Panglima Perang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Rais kemudian ditempatkan di Bandung dengan pangkat kolonel. Berpindah-pindah tempat, Rais Abin pun mencicipi berbagai jabatan seperti instruktur di Pusat Infanteri di Bandung dan sebagai asisten manajemen dan kontrol dari tahun 1965 dan 1969.

Pada tahun 1973, Rais dipromosikan menjadi Brigadir Jenderal dan menjadi Wakil Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Indonesia.

Riwayat pendidikannya yang cukup mendukung serta menjalani tugas militer dengan baik, mengantarkan Rais Abin dalam tugas yang lebih berat yaitu menjadi panglima pasukan perdamaian PBB.

Rais Abin dipercaya sebagai Panglima United Nations Emergency Forces (UNEF) II pada tahun 1976-1979. Suatu pasukan perdamaian dari PBB yang terdiri lebih dari 4.000 tentara yang berasal dari berbagai negara di dunia, yaitu Australia, Austria, Kanada, Finlandia, Ghana, Indonesia, Irlandia, Nepal, Panama, Peru, Polandia, Senegal, dan Swedia.

UNEF II bertugas menjaga perdamaian antara Mesir dan Israel setelah perang Yom Kippur (Oktober 1973). Berkat lobi dan diplomasinya, Rais Abin berhasil mempertemukan Presiden Mesir, Anwar Sadat dengan PM Israel, Menachem Begin.

Kemudian dilanjutkan dengan perundingan perjanjian damai di Camp David, dan diakhiri dengan penandatanganan perjanjian damai antara Mesir dan Israel yang dilakukan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, yang disaksikan Presiden AS, Jimmy Carter pada tahun 1979. Rais Abin menjadi satu-satunya jenderal Indonesia yang memimpin ribuan tentara dari seluruh dunia tersebut.

Usai tugas pasukan perdamaian UNEF II berakhir, Rais Abin yang kala itu sudah berpangkat Mayjen, diperintahkan kembali ke Tanah Air. Setelah Rais menjalani penugasan di Markas Besar ABRI, Presiden Soeharto mengirimnya ke Malaysia sebagai duta besar. Pangkatnya pun dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal.

Meski pun Indonesia dan Israel tidak pernah memiliki hubungan diplomatik, Rais memperoleh persetujuan dari Perdana Menteri Israel saat itu Shimon Peres dan Knesset untuk menjadi komandan UNEF II yang diakui.

Rais Abin meninggal di Jakarta pada Kamis, 25 Maret 2021 pada usia 95 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Keesokan harinya, mendiang Rais Abin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan dengan upacara yang dipimpin oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Bakti Agus Fadjari. ( Inews)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed